
Perkembangan Performa Mercedes di Formula 1
Setelah Grand Prix Hungaria, Toto Wolff, bos tim Mercedes F1, menyampaikan pernyataan yang menunjukkan ketidakpuasan terhadap perubahan desain suspensi belakang yang diterapkan. Ia mengatakan bahwa poros belakang akan segera dihentikan dan tidak digunakan lagi dalam pengembangan mobil. Pernyataan ini mencerminkan kesulitan yang dialami oleh tim dalam menghadapi masalah performa yang muncul sejak pertengahan musim.
Performa Mercedes secara keseluruhan menunjukkan penurunan yang signifikan, terlepas dari hasil luar biasa George Russell di Grand Prix Kanada. Di sana, Russell berhasil meraih kemenangan, sedangkan Kimi Antonelli menjadi pembalap termuda yang naik podium. Namun, keberhasilan ini tidak cukup untuk mengatasi masalah yang terus berlanjut di balapan lainnya.
Russell berhasil meraih empat podium dalam enam balapan pertama, termasuk posisi kedua di Bahrain meskipun mobil mengalami kerusakan. Namun, sejak pengenalan konfigurasi suspensi belakang baru di Imola, performa kualifikasi dan balapan mulai menurun. Tim kemudian memutuskan untuk menghapus dan memasang kembali konfigurasi tersebut di Montreal, tetapi efeknya tidak terlihat secara signifikan.
Di Belgia, hasil yang buruk membuat tim kembali ke spesifikasi awal sebelumnya. Meski demikian, hanya Russell yang berhasil memperoleh poin, sedangkan pembalap lainnya mengalami kendala. Proses pengambilan keputusan yang lambat dalam mengidentifikasi dan memperbaiki masalah ini menjadi tantangan besar bagi tim.
Banyak bukti menunjukkan bahwa alat simulator Mercedes tidak dapat memberikan prediksi akurat terhadap kondisi nyata di lintasan. Perbedaan kondisi cuaca dan jenis trek juga semakin memperumit situasi. Selain itu, faktor manusia juga turut berkontribusi, karena beberapa insinyur enggan melepaskan filosofi desain yang mereka yakini bermanfaat, meskipun ada bukti yang menunjukkan sebaliknya.
Wolff menjelaskan bahwa proses pengembangan komponen baru sering kali tidak sesuai dengan ekspektasi. “Kami melakukan banyak simulasi dan analisis, tetapi setelah dipasang ke mobil, ternyata tidak bekerja seperti yang kami harapkan,” ujarnya. Masalah ini memicu kebingungan dalam menghubungkan data digital dengan realitas di lapangan.
Suspensi Imola dimaksudkan untuk meningkatkan stabilitas aerodinamis saat perlambatan. Namun, konsekuensinya adalah kurangnya umpan balik kepada pembalap, yang membuat mobil terasa kurang stabil. Hal ini terbukti sulit dikenali karena perbedaan karakteristik trek dan kondisi lingkungan di beberapa negara, seperti Kanada, Austria, Inggris, dan Belgia.
Keberhasilan di Montreal, di mana pengereman dilakukan di garis lurus tanpa tikungan tajam, membuat tim percaya bahwa suspensi baru tersebut tidak terlalu buruk. Namun, akhirnya tim memutuskan untuk menghentikan penggunaannya karena dampak negatif yang muncul.
Dengan sumber daya yang besar, tampaknya aneh bagi sebuah tim besar seperti Mercedes untuk mengalami kesulitan dalam mengenali masalah dasar. Namun, seperti yang dijelaskan oleh Andrew Shovlin, direktur teknik lintasan, tim telah melakukan eksperimen dengan set-up selama beberapa balapan, yang membutuhkan konsistensi dan kesabaran.
Insinyur veteran Pat Symonds menyoroti pentingnya memahami masalah multi-dimensi dalam optimasi kinerja. “Sangat mudah untuk terjebak pada arah desain tertentu karena Anda sangat berinvestasi dalam keberhasilannya,” jelasnya. Kegagalan berulang bisa membuat insinyur yakin bahwa suatu hari akan ada kesuksesan melalui iterasi desain berikutnya.
Sekarang, tantangan bagi Mercedes adalah memastikan pelajaran yang didapat dapat berguna dalam pengembangan mobil berikutnya. Tim telah sepenuhnya beralih ke proyek 2026. “Tidak ada lagi peningkatan,” kata Wolff. “Kami fokus pada tahun depan.”
Ia menambahkan bahwa tim kini memiliki platform yang lebih stabil dan berharap bisa mengoptimalkan set-up yang tepat untuk meningkatkan kompetitivitas. Dengan langkah-langkah yang diambil, Mercedes berharap bisa bangkit dari keterpurukan dan kembali bersaing di ajang Formula 1.