
Kinerja PT Astra International Tbk di Tengah Lesunya Industri Otomotif
PT Astra International Tbk (ASII) terus menunjukkan kinerja yang stabil meskipun industri otomotif nasional sedang menghadapi tantangan. Salah satu faktor utama yang mendorong pertumbuhan ASII adalah reputasi merek yang kuat dan jaringan distribusi yang luas. Hal ini memberikan keunggulan tersendiri dalam persaingan pasar yang semakin ketat.
Pada Mei 2025, penjualan mobil nasional mencatatkan kenaikan sebesar 18% secara bulanan menjadi 60.000 unit. Namun, angka ini masih lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yang mencapai 71.000 unit. Meski demikian, penjualan Toyota, yang berada di bawah distribusi ASII, tetap menunjukkan kinerja positif. Pada Mei 2025, Toyota menguasai 35% pangsa pasar, naik dari 31% pada April 2025.
Kenaikan ini turut berkontribusi pada kinerja ASII secara kumulatif hingga Mei 2025, yaitu sebesar 57%, meningkat dari 53% pada empat bulan pertama tahun ini. Analis Ina Sekuritas, Arief Machrus, memproyeksikan bahwa Toyota akan tetap menjadi tulang punggung kinerja ASII sepanjang 2025. Ia memperkirakan bahwa penjualan Toyota bisa menyumbang hingga 65% dari total laba ASII.
“Reputasi kuat dan jaringan distribusi luas menjadikan Toyota unggul di tengah pasar lemah,” ujarnya dalam riset yang dirilis pada 7 Juli 2025.
Di sisi lain, Daihatsu yang juga berada di bawah distribusi ASII mencatatkan peningkatan sebesar 18% selama lima bulan pertama tahun ini. Sementara itu, beberapa pesaing Toyota dan Daihatsu mengalami penurunan pangsa pasar akibat berkurangnya pengiriman model baru yang sebelumnya mendorong pertumbuhan.
Selain itu, potensi penurunan suku bunga acuan dapat berdampak positif terhadap permintaan kendaraan bermotor secara keseluruhan. Hal ini bisa membantu meningkatkan kinerja ASII.
Paulina Margareta, analis Maybank Sekuritas, setuju bahwa Toyota masih akan menjadi kunci dominasi ASII di pasar otomotif nasional. Menurutnya, melalui hak eksklusif atas Toyota dan Daihatsu, ASII menguasai lebih dari 55% pasar mobil dan 75% segmen sepeda motor di Indonesia. Kemampuan ASII untuk merebut pasar ini dinilai sebagai pencapaian positif, terlepas dari persaingan yang ketat dan kondisi permintaan yang masih lemah.
Namun, Paulina mencermati bahwa penjualan mobil secara year-to-date (ytd) hingga Mei 2025 menunjukkan minat pasar yang masih lesu. Oleh karena itu, ia memprediksi bahwa penjualan mobil nasional sepanjang 2025 sulit mencapai target pertumbuhan industri yang dipatok di kisaran 1%–3%.
Dalam prediksi tersebut, pendapatan ASII hingga akhir tahun ini berpotensi turun 4,18% menjadi Rp 317,1 triliun. Namun, Arief tetap optimistis bahwa pendapatan ASII hingga akhir tahun ini masih bisa menguat tipis sebesar 0,15% menjadi Rp 331,4 triliun.
Prospek Masa Depan ASII
Arief mencermati beberapa sentimen yang perlu diperhatikan oleh investor terkait prospek ASII. Misalnya, penerapan pajak kendaraan bermesin pembakaran dalam negeri (ICE), pengurangan subsidi bahan bakar, serta meningkatnya persaingan dari kendaraan listrik (EV).
Meski ada tantangan, Arief merekomendasikan beli saham ASII dengan target harga Rp 5.850. Sedangkan Paulina menyarankan beli saham ASII dengan target harga Rp 5.650. Kedua rekomendasi ini mencerminkan pandangan optimis terhadap kinerja jangka panjang ASII, meskipun ada risiko yang perlu diperhitungkan.