
BRUSSELS, KOMPAS.TV– Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menyatakan, kesepakatan Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) antara Indonesia dan Uni Eropa akan membuka pasar baru dan menciptakan peluang besar di berbagai sektor, mulai dari pertanian hingga otomotif.
“Perjanjian ini akan membuka pasar baru, menciptakan lebih banyak peluang di sektor-sektor kunci seperti pertanian, otomotif, jasa, dan lainnya,” kata Ursula dalam konferensi pers bersama Presiden RI Prabowo Subianto di Brussels, Belgia, Minggu (13/7).
“Ini juga akan memperkuat rantai pasok bahan baku penting yang sangat dibutuhkan dalam transisi energi dan digital,” tambahnya seperti dikutip dari keterangan resmi Sekretariat Presiden, Senin (14/7).
Ursula menekankan, kerja sama di sektor-sektor strategis itu tetap harus dijalin sengan berdasarkan pada tanggung jawab sosial dan lingkungan.
“Yang lebih penting, kami tidak hanya menginginkan pasokan yang aman, tetapi juga yang bertanggung jawab. Ini berarti menghormati lingkungan, masyarakat lokal, serta berfokus pada penciptaan lapangan kerja yang layak dan nilai tambah lokal,” tuturnya.
Ursula mengatakan, kerja sama ini akan memberikan manfaat ekonomi besar bagi kedua pihak, serta menjadi simbol dari kemitraan jangka panjang yang saling menguntungkan.
“Perjanjian ini juga akan membantu memperkuat rantai pasok bahan baku kritis yang penting bagi industri teknologi bersih dan baja Eropa. Saya kini menantikan penyelesaian perjanjian ini secara cepat,” ucap Ursula.
Pada kesempatan yang sama, Presiden Prabowo menyambut kesepakatan ini sebagai tonggak penting dalam hubungan ekonomi Indonesia–Uni Eropa.
Ia menyampaikan, kedua pihak berhasil menyatukan kepentingan ekonomi yang ternyata saling melengkapi dan menguntungkan.
“Kami telah membuat kemajuan signifikan dan sepakat untuk saling mengakomodasi kepentingan masing-masing. Kami menemukan bahwa kepentingan ini saling melengkapi,” ujar Prabowo.
Dalam pernyataannya, Kepala Negara juga menekankan pentingnya kemitraan strategis antara Indonesia dan Eropa, terutama di tengah ketidakpastian global saat ini.
“Eropa adalah pemimpin global dalam sains, teknologi, dan keuangan. Sementara Indonesia memiliki sumber daya strategis. Saya percaya, kemitraan ini, yang juga merupakan bagian penting dari ASEAN, akan memberikan kontribusi besar bagi stabilitas ekonomi dan geopolitik dunia,” terangnya.
“Saya sangat senang melihat para menteri dan komisioner dari kedua belah pihak berhasil mencapai kesepahaman. Saat ini tidak ada lagi isu utama yang menjadi perbedaan antara Indonesia dan Uni Eropa,” sambungnya.
Presiden Prabowo menutup pernyataannya dengan harapan agar perjanjian implementasi CEPA dapat ditandatangani secara resmi di Brussels sebagai simbol komitmen kedua belah pihak.
“Saya berharap kita dapat menandatangani implementasi kesepakatan ini di sini, di Brussels. Itu akan menjadi kesempatan bagi saya untuk kembali berkunjung ke kota ini,” tandasnya.
Sebagai informasi, penyelesaian Indonesia–European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) ditandai dengan penandatanganan dan pertukaran surat (exchange of letters) antara Pemerintah Indonesia dan Komisi Eropa.
Pertukaran surat tersebut dilakukan antara Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia, Airlangga Hartarto, dengan Komisioner Perdagangan Komisi Eropa, Maroš Šef ovi .
Pertemuan keduanya diawali dengan sesi tête-à-tête dan dilanjutkan dengan pertukaran surat (exchange of letters) yang menandai pencapaian penting dalam proses finalisasi IEU-CEPA.
Surat tersebut memuat apresiasi terhadap capaian perundingan dan komitmen bersama untuk menyelesaikan perundingan secara konklusif, termasuk langkah-langkah konkret dalam menyelesaikan isu-isu substansial yang masih tersisa.
Dengan populasi lebih dari 285 juta jiwa, Indonesia menawarkan pasar yang besar dan dinamis bagi mitra dagangnya.
Di sisi lain, Uni Eropa yang terdiri dari lebih dari 400 juta penduduk juga merupakan salah satu kekuatan ekonomi utama dunia.
Dengan IEU-CEPA, sekitar 80 persen pos tarif akan menjadi nol sehingga membuka peluang perdagangan dan investasi yang lebih luas bagi kedua belah pihak.
Dengan pertukaran surat ini, Indonesia dan Uni Eropa semakin mendekati akhir dari proses perundingan yang menginjak tahun kesepuluh, dan telah melalui 19 putaran formal serta berbagai pertemuan antar-sesi.
Perundingan di tingkat teknis dari pihak Pemerintah Indonesia selama ini dikoordinasikan oleh Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional, Kementerian Perdagangan.