
Pemilik Diler Mengungkap Depresiasi Mobil Listrik Bekas yang Cepat
Di Indonesia, pilihan mobil listrik semakin meningkat pesat. Hal ini berdampak pada harga mobil bekas yang cenderung menurun secara signifikan dalam waktu singkat. Daniel Libianto, pemilik diler mobil bekas Victory 88 di daerah MGK Kemayoran, menjelaskan bahwa depresiasi mobil listrik bekas saat ini bisa terjadi dalam hitungan bulan.
“Semua mobil listrik atau mobil baru yang semakin ke sini, diskonnya semakin tidak masuk akal. Mobil barunya diskonnya besar-besaran, sedangkan mobil bekas justru membuat orang takut untuk membeli,” ujar Daniel, saat dihubungi Kompas.com beberapa waktu lalu.
Daniel menyebutkan bahwa BYD, salah satu merek mobil listrik asal Tiongkok, kini memberikan diskon hingga Rp 100 juta hingga Rp 150 juta. Hal ini membuat depresiasi mobil listrik bekas mencapai sekitar 25 persen, dan itu hanya angka minimal.
Menurutnya, mobil listrik memiliki karakteristik yang unik dalam hal persaingan harga. Jika dibandingkan dengan mobil Jepang, harga mobil bekas Jepang biasanya naik setiap tahun atau setiap semester. Hal ini membuat harga mobil bekas Jepang relatif lebih stabil dan tidak mengalami depresiasi yang terlalu cepat.
Namun, situasi berbeda untuk mobil listrik. Daniel menambahkan bahwa mobil listrik dari Korea Selatan juga terkena dampak penurunan harga. Ioniq, misalnya, mengalami penurunan harga yang cukup signifikan. Meski Ioniq tidak sepenuhnya mengikuti persaingan harga, strategi pemasarannya mulai berubah karena tekanan dari mobil listrik Tiongkok.
Harga Mobil Listrik Bekas Turun Drastis
Andi, pemilik diler mobil bekas Jordy Motor di MGK Kemayoran, mengatakan bahwa harga mobil listrik bekas memang turun drastis karena munculnya model baru secara terus-menerus. “Mengeluarkan model baru, merek baru, dan harga lebih murah. Otomatis, mobil lama pasti harganya akan turun,” ujarnya.
Ia mencontohkan bahwa BYD yang sebelumnya dijual dengan harga hampir Rp 600 juta, kini bisa didapatkan dengan harga bekas hingga Rp 320 juta. Jika harga bekasnya mendekati harga baru, atau hanya selisih Rp 50 juta hingga Rp 100 juta, maka tidak ada yang mau membeli.
Menurut Andi, depresiasi mobil listrik bekas bisa mencapai 30 persen hingga 40 persen. Contohnya adalah Ioniq, yang sebelumnya dijual dengan harga Rp 755 juta, kini harganya turun menjadi Rp 500 jutaan.
Perbedaan Harga Baru dan Bekas yang Signifikan
Berdasarkan data dari situs jual beli online, banyak mobil listrik bekas ditawarkan dengan harga yang cukup bervariasi. Namun, perbedaan antara harga baru dan bekas sangat signifikan.
Contohnya, Ioniq 5 tipe Signature Long Range dengan tahun produksi 2023 dan 2024 saat ini dijual dengan harga sekitar Rp 400 jutaan. Sementara itu, harga baru untuk model tersebut mencapai Rp 844,6 juta (per Juli 2025). Perbedaan hanya dalam satu tahun, namun penurunan harganya mencapai ratusan juta rupiah.
Situasi serupa juga terjadi pada mobil listrik China seperti BYD. Di situs jual beli online, tipe Premium BYD dijual sekitar Rp 400 jutaan. Sementara harga barunya untuk tipe tersebut mencapai Rp 639 juta (per Juli 2025). Perbedaannya juga mencapai ratusan juta rupiah.
Wuling Air ev tahun 2022 dan 2023 juga mengalami penurunan harga yang signifikan. Harga bekasnya di situs jual beli online berada di kisaran Rp 130 jutaan hingga Rp 170 jutaan. Sedangkan, harga baru untuk tipe terendah saja masih mencapai Rp 184 juta.
Dengan semakin banyaknya mobil listrik baru yang diluncurkan, harga mobil bekas semakin tertekan. Hal ini memengaruhi minat pembeli dan membuat pasar mobil listrik bekas semakin dinamis.