
Alasan Bus Menggunakan Sistem Rem Angin
Bus menjadi salah satu moda transportasi yang sangat populer, baik untuk perjalanan jarak dekat maupun jauh. Keamanan dan kenyamanan penumpang selalu menjadi prioritas utama dalam operasional bus. Salah satu aspek penting dalam menjaga keamanan tersebut adalah sistem pengereman. Banyak bus modern menggunakan rem angin sebagai sistem utamanya. Namun, mengapa bus memilih sistem ini? Berikut penjelasannya.
Kenapa Bus Menggunakan Rem Angin?
Bus, truk, dan kendaraan besar lainnya umumnya menggunakan rem angin. Hal ini disebabkan oleh kemampuan minyak rem pada sistem hidraulis tidak cukup mampu menahan panas yang dihasilkan saat pengereman dilakukan. Panas ini terjadi akibat bobot bus yang berat, sehingga diperlukan sistem pengereman yang lebih efisien dan tahan terhadap suhu tinggi. Oleh karena itu, sistem rem angin atau air brake digunakan sebagai solusi.
Udara dinilai memiliki kemampuan yang sangat baik untuk mendinginkan sistem pengereman secara cepat. Selain itu, sistem rem angin terdiri dari beberapa komponen utama seperti kompresor udara, tangki penyimpanan udara, katup kontrol, dan aktuator rem. Komponen-komponen ini bekerja bersama untuk memastikan proses pengereman berjalan dengan aman dan efektif.
Cara Kerja Rem Angin pada Bus
Sistem rem angin memiliki beberapa keunggulan dibandingkan sistem hidraulis, terutama dalam hal ketahanan terhadap panas. Cara kerjanya dimulai saat pengemudi menginjak pedal rem. Katup rem akan terbuka, dan udara bertekanan akan mengalir ke ruang rem. Udara ini kemudian mendorong piston di ruang rem, yang menggerakkan aktuator rem dan mengaktifkan pengereman.
Saat pedal rem dilepas, katup akan menutup dan tekanan udara di ruang rem akan berkurang. Pegas di dalam ruang rem akan mengembalikan aktuator ke posisi awal. Proses ini berlangsung secara cepat dan efisien, memastikan kendaraan berhenti dengan aman.
Jenis-Jenis Rem Angin pada Bus
Saat ini, ada dua jenis utama sistem rem angin yang digunakan pada bus, yaitu Combi Air Brake dan Full Air Brake. Combi Air Brake masih menggunakan cairan hidrolik sebagai media utama, meskipun sumber energi utamanya berasal dari tekanan udara yang tersimpan dalam tangki. Sementara itu, Full Air Brake (FAB) sudah sepenuhnya mengandalkan tekanan udara tanpa memerlukan cairan hidrolik.
Kedua jenis sistem ini memiliki karakteristik pengendalian yang serupa. Saat pengemudi menekan pedal rem, udara bertekanan tinggi dari kompresor akan langsung dialirkan ke setiap roda. Tekanan ini memaksa kampas rem untuk menekan dan menghentikan putaran roda.
Dengan demikian, sistem rem angin menjadi pilihan utama bagi bus karena kemampuannya dalam menangani panas, keandalan, dan efisiensi. Jika Anda ingin mengetahui informasi lebih lanjut seputar otomotif, teruslah mengikuti berita-berita terkini.