
Kementerian Perindustrian Berkomitmen Jaga Ekosistem Industri Otomotif Nasional
Kementerian Perindustrian terus berupaya menjaga ekosistem industri otomotif nasional di tengah dinamika global yang semakin kompleks. Sebagai sektor andalan, industri otomotif memainkan peran penting dalam pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB). Meski menghadapi tantangan, sektor ini tetap menunjukkan daya saing dan resiliensi melalui peningkatan investasi, inovasi produk, serta perluasan pasar ekspor.
Dalam sambutannya saat membuka kegiatan Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan apresiasi kepada Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) atas terselenggaranya salah satu pameran otomotif terbesar di dunia. Ia berharap GIIAS bisa menjadi titik awal untuk mengembalikan keinginan belanja masyarakat Indonesia terhadap kendaraan bermotor.
Menperin menjelaskan bahwa Indonesia mencatat penjualan kendaraan domestik tertinggi di kawasan ASEAN, yang menunjukkan potensi besar pasar otomotif nasional. Namun, rasio kepemilikan kendaraan bermotor, khususnya mobil, masih rendah dibandingkan negara-negara lain di Asia Tenggara. Data dari International Organization of Motor Vehicle Manufacturers (OICA) menunjukkan bahwa Indonesia memiliki Car Ownership Ratio (COR) sebesar 99 per 1.000 penduduk, jauh lebih rendah dibandingkan Malaysia (490), Thailand (275), dan Singapura (211).
Struktur industri otomotif Indonesia sangat kokoh dan terintegrasi dari hulu ke hilir. Hal ini menjadi modal strategis dalam memperkuat daya saing nasional. Secara backward linkage, sektor ini didukung oleh industri hulu seperti logam, karet, dan elektronik. Sementara secara forward linkage, produk otomotif mendukung sektor hilir seperti perdagangan, transportasi, logistik, finance, dan insurance. Dengan koefisien backward linkage sebesar 0,975 dan forward linkage sebesar 0,835, industri otomotif Indonesia menunjukkan efek multiplikatif kuat terhadap perekonomian nasional.
Tahun 2024, industri otomotif ASEAN menghadapi tantangan dengan penurunan volume penjualan sebesar 5,4%. Di Indonesia, penurunan tercatat 12,8%, sedangkan di Thailand mencapai 24,7%. Menperin menyampaikan bahwa pemerintah dapat belajar dari kinerja industri otomotif Tiongkok yang berhasil meningkatkan produksi sebesar 10,9% dan penjualan domestik sebesar 9,6%. Peningkatan ini didorong oleh subsidi tukar tambah dan pricing position yang tepat, serta ekspor yang meningkat sebesar 7,9%.
Tantangan eksternal seperti kenaikan harga bahan baku, disrupsi rantai pasok global, dan fluktuasi nilai tukar juga menjadi perhatian pemerintah. Untuk itu, pemerintah fokus menjaga daya beli masyarakat dan ketahanan industri melalui berbagai kebijakan, termasuk menahan laju pemutusan hubungan kerja. “Ini perintah dari pemerintah kepada pelaku industri, jangan sampai ada PHK,” tegas Menperin.
Menperin optimis bahwa masa transisi ini bersifat sementara, dan pemulihan pasar otomotif domestik akan segera terjadi. Ia berharap industri otomotif siap untuk terbang tinggi dengan integrasi yang lebih kuat, efisien, dan berdaya saing tinggi.
Kemenperin menyatakan dukungan penuh terhadap penyelenggaraan GIIAS 2025. Pameran ini tidak hanya menampilkan produk dan inovasi terkini dari produsen otomotif global dan industri pendukung, tetapi juga menjadi katalisator kolaborasi strategis antara pemerintah, pelaku industri, dan mitra internasional untuk memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat produksi dan ekspor kendaraan di pasar regional maupun global.
Pemerintah juga menyampaikan apresiasi kepada GAIKINDO, para penyelenggara, dan seluruh pelaku industri yang telah berkontribusi dalam GIIAS 2025. Terutama para produsen yang telah meluncurkan produk eXtended Electric Vehicle (xEV) sebagai wujud nyata dukungan terhadap komitmen nasional menurunkan emisi gas rumah kaca.