
Tren Penurunan Harga Mobil Baru Mengancam Pasar Mobil Bekas
Pasar mobil bekas di Indonesia mulai menghadapi tantangan baru akibat semakin agresifnya persaingan harga di segmen mobil baru. Khususnya, penurunan harga yang terjadi pada sejumlah model mobil listrik (EV) menunjukkan adanya perubahan signifikan dalam dinamika pasar otomotif.
Perubahan ini tidak hanya menarik perhatian para konsumen, tetapi juga berpotensi memengaruhi nilai jual kembali mobil bekas. Meski saat ini dampaknya belum terasa secara signifikan, banyak ahli dan pelaku bisnis percaya bahwa tekanan terhadap harga mobil bekas akan semakin nyata dalam waktu dekat.
Daddy Doxa Manurung, Direktur Utama PT Balai Lelang Serasi (Ibid), menyampaikan bahwa meskipun saat ini belum ada penurunan yang terlihat, tren ini akan berdampak langsung pada pasar mobil bekas. Ia menjelaskan bahwa penurunan harga mobil baru, terutama mobil listrik, akan membuat mobil bekas di rentang harga tersebut ikut terpengaruh.
Contoh yang disebutkan oleh Doxa adalah BYD Atto1, yang dibanderol mulai dari Rp 195 juta. Jika tren ini terus berlanjut dan harga mobil baru turun lebih jauh dalam beberapa bulan ke depan, maka mobil-mobil bekas yang berada di kisaran harga tersebut akan mengalami penurunan nilai jual.
“Orang bisa saja menunggu sebentar, enam bulan atau setahun, harga mobil barunya bisa di bawah Rp 150 juta. Logikanya, harga mobil bekas juga pasti ikut turun,” ujar Doxa.
Menurutnya, segmen yang paling rentan terdampak adalah mobil-mobil bekas di bawah Rp 200 juta, seperti LCGC (Low Cost Green Car). Saat ini, mobil-mobil dalam kategori ini mendominasi sekitar 60–70 persen stok di Ibid. Doxa memperkirakan potensi penurunan harga bisa mencapai 10 hingga 20 persen, tergantung bagaimana perkembangan pasar EV dan kecepatan distribusi unit baru ke konsumen.
Namun, ia juga menekankan bahwa semua ini masih dalam bentuk potensi. Doxa menilai bahwa semester kedua tahun 2025 akan menjadi periode penting untuk melihat sejauh mana dampak penurunan harga mobil baru benar-benar memengaruhi pasar mobil bekas.
“Kita lihat nanti Agustus, September, Oktober. Kalau penjualan naik tajam, bisa jadi itu efek dari showroom atau pelaku usaha yang buru-buru menjual unit karena khawatir harga makin turun,” kata dia.
Dampak Jangka Panjang yang Perlu Dipertimbangkan
Selain penurunan harga, ada faktor lain yang perlu diperhatikan oleh para pemilik mobil bekas. Misalnya, pertumbuhan pasar mobil listrik yang semakin pesat dapat menggeser preferensi konsumen. Jika mobil listrik semakin populer, permintaan terhadap mobil bekas dengan teknologi lama akan semakin menurun.
Selain itu, kebijakan pemerintah terkait penggunaan kendaraan ramah lingkungan juga bisa memengaruhi dinamika pasar. Jika regulasi semakin ketat, mobil-mobil konvensional yang sudah tua mungkin akan semakin sulit dijual.
Pemilik mobil bekas perlu mempertimbangkan strategi jual beli yang tepat. Mereka mungkin perlu mempercepat proses penjualan atau menyesuaikan harga agar tetap kompetitif. Di sisi lain, para pembeli juga perlu memantau perkembangan pasar agar tidak tertipu oleh harga yang terlalu tinggi.
Dengan situasi yang terus berubah, penting bagi pelaku pasar untuk tetap waspada dan siap menghadapi berbagai kemungkinan. Apakah penurunan harga mobil baru akan berdampak besar atau tidak, tetap harus dilihat dari perkembangan di masa depan.